Dari sebuah dapur kecil di rumahnya, aroma makaroni pedas, basreng gurih, dan otak-otak krispi menjadi saksi perjalanan usaha Tri Aryani. Pemilik brand Bos Ngemil asal Kecamatan Larangan ini memulai usahanya dari skala rumahan dengan cara menitipkan produk ke berbagai toko dan agen di sekitar tempat tinggalnya. Usaha itu berkembang perlahan, namun penuh ketekunan.
Perjuangan Tri tak sia-sia. Ia terpilih sebagai salah satu penerima bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dari Dinas Sosial Kota Tangerang. Melalui program ini, ia menerima dana bantuan sebesar Rp20 juta yang menjadi titik balik usahanya.
“Bantuan ini bukan hanya modal, tapi juga suntikan semangat,” ujar Tri sambil tersenyum. Dana tersebut ia manfaatkan untuk membeli peralatan produksi yang lebih memadai, menambah stok bahan baku, hingga memperluas jangkauan pemasaran. Hasilnya sangat terasa, produksi Bos Ngemil meningkat drastis hingga 200%.
Kenaikan produksi itu sejalan dengan lonjakan omzet. Jika sebelumnya Tri hanya mampu mengantongi sekitar Rp3 juta per bulan, kini omzetnya stabil di angka Rp7–8 juta per bulan.
"Permintaan semakin banyak, pelanggan semakin loyal, dan produksinya semakin efisien. Dengan alat produksi yang kita beli dari dana bantuan itu, memudahkan kita untuk memproduksi lebih banyak, cepat dan higienis," katanya.
Kini, usaha yang dulu digarap kecil-kecilan itu semakin menjanjikan. "Kini, saya terus berbenah, terus belajar dan terus berusaha memperkuat merek Bos Ngemil agar bisa bertahan dan tumbuh lebih besar," harapnya.
Kisah Tri Aryani menjadi bukti bahwa dukungan yang tepat, ditambah kerja keras dan konsistensi, mampu membuka jalan bagi perkembangan UMKM lokal. Dari dapur sederhana, lahirlah harapan baru—bahwa setiap usaha yang dirawat dengan tekun pasti menemukan jalannya untuk berkembang.